Mengutarakan suatu hal kemudian menunjukkannya memanglah tidak mudah. Terkadang mereka salah dalam melakukannya. Sebenarnya, bukanlah salah namun belum tepat. Presepsi dari pemberi dan perespon terkadang tidak sejalan. Ini menimbulkan kontra antara keduanya. Namun, akan lebih parah ketika keduanya merasa percuma. Komunikasi memang sangat penting tetapi yang terbaik adalah maksud dari apa yang ingin diungkapkan dapat diterima dengan baik dan sesuai dengan apa yang dimaksud. Dengan kata lain, dapat dipahami dengan baik oleh si penerima. Banyak dari sekian orang merasa apa yang telah ia ungkapkan dan lakukan sudah benar. Namun, kenyataannya tidak lepas dari apa yang di apresiasikan orang lain. Butuh kritik saran dalam hal tersebut. Dan alangkah baiknya apabila semua dapat tersampaikan dengan benar. Semua orang memiliki kesalahan, namun bagaimana kita dapat mencoba memperbaikinya dikemudian hari. Memang sulit ketika dihadapkan kepada kenyataan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan. Tapi untuk mencoba, apa salahnya?!
Hai sobat, apa kabar? Semoga baik dan sehat selalu. Jangan lupa kebahagiaan batin kalian itu penting banget. Yoot! Sekarang aku mau sedikit cerita tentang QLC. Apa kalian tau tentang QLC? Ya, Quarter-Life Crisis. QLC adalah suatu bentuk kecemasan, keraguan, ketidaksiapan menerima kegagalan hidup dan mungkin sampai pada krisis keuangan dalam menghadapi masa yang akan datang. Hal tersebut dipicu oleh pertanyaan dari dalam diri dimana pikiran kita membayangkan kembali mengenai apa tujuan hidup kita sebenarnya? Apakah yang selama ini dijalani sudah sesuai dengan yang diinginkan? Apa yang harus dipertimbangkan, secara realita atau hal yang diimpikan? QLC, biasanya dialami pada manusia di seperempat umur hidup yaitu sekitar usia 20-30an. Pada fase ini, orang dengan usia tersebut, mengalami kegalauan yang cukup lama bahkan depresi. Meski hal ini memiliki dampak negatif, namun QLC harus dilewati dan diatasi dengan kritis sehingga memperoleh dampak yang positif. Efek yang tidak d
Komentar
Posting Komentar