Yoot! Sekarang aku mau sedikit cerita tentang QLC. Apa kalian tau tentang QLC? Ya, Quarter-Life Crisis. QLC adalah suatu bentuk kecemasan, keraguan, ketidaksiapan menerima kegagalan hidup dan mungkin sampai pada krisis keuangan dalam menghadapi masa yang akan datang. Hal tersebut dipicu oleh pertanyaan dari dalam diri dimana pikiran kita membayangkan kembali mengenai apa tujuan hidup kita sebenarnya? Apakah yang selama ini dijalani sudah sesuai dengan yang diinginkan? Apa yang harus dipertimbangkan, secara realita atau hal yang diimpikan?
QLC, biasanya dialami pada manusia di seperempat umur hidup yaitu sekitar usia 20-30an. Pada fase ini, orang dengan usia tersebut, mengalami kegalauan yang cukup lama bahkan depresi. Meski hal ini memiliki dampak negatif, namun QLC harus dilewati dan diatasi dengan kritis sehingga memperoleh dampak yang positif. Efek yang tidak dirasakan secara sadar adalah ketidakstabilan emosional. Hal tersebut, berdampak pada lingkungan bahkan dalam menjalin hubungan. Jika, tingkat emosional tersebut tidak dapat terkontrol maka, orang sekitar akan mengganggap bahwa seseorang yang sedang mengalami QLC akan dianggap sangat sensitif.
Mengahadapi fase QLC tersebut, seseorang harus menguatkan mental dan menghadapinya dengan serius tapi santai. Sehingga, tidak menimbulkan perasaan tertekan dan stres. Berikut tips yang dapat diterapkan dalam menghadapi Quarter-Life Crisis :1. Meningkatkan Spiritualitas
2. Meningkatkan Minat Baca dan Referensi Informasi
3. Menggali Potensi Diri
4. Pendampingan Psikologi
Berdasarkan, keempat hal tersebut harus dipahami dan diterapkan agar dapat mengatasi QLC sehingga memberikan afeksi positif dalam hidup. Adapun rincian pertanyaan yang dapat membantu dalam melewati QLC, yaitu :
1. Apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu butuhkan?
Hal ini lebih kepada pengenalan diri. Kamu harus paham apa yang kamu butuhkan. Tidak semua yang diinginkan adalah yang dibutuhkan. Pelajari dirimu dan rasakan dampak serta efek yang didapatkan. Pertanyaan seperti diatas, membantumu dalam mengenali dan memahami dirimu.
2. Bagaimana perasaanmu?
Hal ini lebih kepada pengenalan emosi. Kamu harus paham apa yang sedang kamu rasakan. Ketika dihadapkan pada suatu hal seperti dikritik, dinasehati, dihadapkan pada situasi yang bahkan tidak menyenangkan. Kamu harus mengakui perasaan yang sedang kamu alami. Kamu boleh marah, sedih, kecewa, bahagia, dll. Namun, kamu harus paham bahwa, ketika emosi tersebut diluapkan maka, akan menimbulkan reaksi dari lingkungan atau bahkan diri sendiri. Harus paham betul jika emosi tersebut diluapkan akan berdampak seperti apa. Dan jika, emosi tersebut dikontrol akan menimbulkan efek yang bagaimana. Kamu tidak harus menahan atau menyembunyikan emosi yang kamu rasakan. Tetapi, akui emosi dan perasaan tersebut, lalu kendalikan dengan baik.
3. Sejauh mana proses yang telah dilalui dan dialami?
Hal ini menyadarkanmu betapa pentingnya proses yang telah kamu lalui dan seberapa banyak kegagalan yang kamu alami. Sehingga, hal tersebut mampu menuntunmu pada level sekarang. Resapi bagaimana kamu hidup dan hal apa saja yang membuatmu percaya, bahwa kamu tidak sedang ditempat yang sama. Sedikit kemajuan atau bahkan kegagalan tersebut, mengajarkanmu bahwa kamu mampu berkembang dan memiliki pengalaman yang cukup dalam menempuh perjalanan hidup. Jangan lupa, beri gambaran target untuk pencapaianmu.
4. Siapa yang menjadi support system kamu? atau Siapa yang sangat berpengaruh dan menjadi panutan hidupmu?
Hal ini menyadarkanmu dalam menjalin hubungan seperti keluarga, pasangan, teman dan bahkan hewan peliharaan. Makhluk hidup yang secara emosional dapat meningkatkan mood kamu dan memberikanmu semangat dalam menjalani hidup. Selalu ingat bahwa ada seseorang atau makhluk hidup yang membutuhkanmu dan hidupmu berarti untuk orang lain sehingga, kamu juga akan berpikir bahwa dirimu bermakna dan tidak sia-sia diciptakan Tuhan.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan terebut, setidaknya kamu sudah memiliki rancangan dan pandangan bagaimana kamu akan berjalan dan bertindak. Hal lebih kompleks dalam menghadapi QLC dapat kamu temukan dengan berkonsultasi kepada psikolog/ahli.
Sekian pembahasan dan paparan mengenai Quarter-Life Crisis. Kritik dan saran dapat kalian ungkapkan di kolom komentar. Terima kasih telah membaca :).
Komentar
Posting Komentar